Kamis, 10 Mei 2012

Bulek Heni In Memoriam

 Idul Fitri 2011



 sunatan Daffa


 So happy here

 Yasmunikers goes to Bali


 @ Taman Safari Bali

 @ Waterboom

 @ Bedugul

underwater

HAPPINESS vs SADNESS


17 APRIL 2012

SAENGIL CHUKAE

HAPPY BIRTHDAY

SELAMAT ULANG TAHUN

I’m turns 27!!! Wow, ternyata saya sudah mencapai usia ini, ga berasa!!!!! Rasanya baru kemarin saya merayakan usia 17 tahun!! Hahaha.. usia boleh tua tapi jiwa raga tetep anak remaja dooong.. ga ada yang special di ulang tahun ini, saya sering berpikir apa yang sudah saya capai atau apa yang sudah saya lakukan sampai saat ini. Setiap ulang tahun saya selalu membuat janji pada diri saya untuk merubah menjadi “lebih” dari sebelumnya aaah tapi sifat jelek saya selalu muncul, mengingkari janji pada diri sendiri. Alhamdulillah di usia saya saat ini saya sudah mendapatkan pekerjaan tetap, sudah menyelesaikan kuliah master saya, tetapi belum menikah,, hahahaha, ya semoga saja keinginan untuk menikah dapat cepat terwujud. Amin Ya Robbal Alamin.

 

Ga ada yang special di ulang tahun ini, tapi ini ulang tahun yang ga akan saya lupain, gimana nggak, hari ini pemakaman bulek heni. Dan artinya saya merayakan ulang tahun saya di pemakaman. Keluarga ga ada yang ingat saya berulang tahun, semua masih sedih, saya juga sedih, yang paling sedih waktu saya melihat papan pengumuman pemakaman bulek, melihat tulisan “dimakamkan tanggal 17 April 2012” dalam waktu yang lama membuat saya menangis lagi. Di grup FB “Yasmunikers” bulek heni menulis “ayooooo apa acara 17 April” dan ternyata acaranya adalah pemakaman bulek sendiri.

 

Senang waktu banyak yang mengirimkan ucapan selamat ulang tahun dan mendoakan yang terbaik sekaligus sedih karena hari ini saya mengantarkan orang yang dikasihi ke peristirahatan terakhirnya.

Selasa, 01 Mei 2012

she's gone


16 April 2012

bulek heni (lebaran 2011)

Saya ga akan lupa dengan kejadian hari, kejadian yang mengagetkan saya, keluarga dan banyak orang. Innalillahi wainna ilaihi roji'un,, bulek Heni, bulek yang sangat dekat dengan kami, adik mamak yang kedelapan (mamak anak ketiga, bulek anak kesebelas) meninggal dunia pukul 10.45 wita. Bagaimana tidak kaget, pagi kami baru tahu beliau masuk ke rumah sakit dan ternyata begitu cepatnya meninggalkan kami. 

 

Bulek heni orangnya keras, dia berani dan tidak takut dengan apa yang mengancamnya, salah satunya ketika dia menjadi Camat di daerah yang terkenal suka konflik. Baru pertama kalinya di daerah tersebut dipimpin Camat perempuan, pada saat ada konflik, beliau datang ke tempat tersebut dan menantang balik bapak-bapak yang berseteru tersebut dengan mengayunkan senjata tajam. Banyak yang mengetahui kejadian tersebut dan banyak yang mengakui keberanian beliau. Tetapi dibalik sifat keras dan emosionalnya bulek orang yang sayang keluarga, tidak perhitungan (kasarnya ga pelit), suka mengajak jalan-jalan dan bikin acara.  

 

Karena suka kerja, kadang kalau sedang kecapekan, pegel-pegel, pusing hanya memanggil tukang pijit. Tidak sekali dua kali tetapi sering. Akhir-akhir ini memang bulek kembali suka pingsan hingga masuk IGD tetapi itu juga hasil pemeriksaan dari dokter karena kecapekan. Terakhir ketika pergi ke bima, bulek yang biasanya beritahu  untuk liat anaknya waktu dia sedang tidak ada di rumah tidak memberitahu apa-apa. Tiba-tiba hari jumat tanggal 13 malam sabtu mamak ditelpon untuk jemput bulek di labuhan kayangan karna masuk IGD di dompu dan Sumbawa. Saat itu masih dalam pikiran, aah bulek sering sakit kayak gini, jadi biasa aja ga ada perasaan apa-apa. Hari sabtu mamak, bapak dan mbak uli pergi ke rumah bulek, saya menyusul siangnya. Saat saya datang, saya dekatin dan hanya bertanya “gimana bulek, udah mendingan?” bulek ga terlalu banyak omong. Dia minta diambilkan es kelapa muda sama Lala, anaknya. Es kelapanya nggak dihabiskan, bulek manggil saya yang lagi di depannya “ya’, ambilin ini”/udah selese ini lek?/”iya”. Siapa yang sangka itu pembicaraan terakhir saya dengan bulek. Sore saya pulang dari rumah bulek, masih dengan perasaan bulek ntar lagi juga baik-baik aja. 

 

Hari senin pagi saya masih beraktivitas seperti biasa, setelah sholat subuh berangkat ke tempat prajabatan jadi pemandu senam. Pulang belum ada berita apa-apa, sekitar jam setengah Sembilan berangkat ke kantor. Belum sampai di kantor, sedang berada di perempatan Sweta (sekitar 1,5 km dari kantor) saya ditelpon bapak diberitahu bulek heni sedang diopname di rumah sakit, kalau sempat jenguk kesana. Akhirnya saya janjian dengan Mbak Yuyun (kakak paling besar) ke rumah sakit jam istirahat jam 12 siang. Sekitar jam 10 saya ditelpon mamak, disuruh ijin supaya bisa jaga bulek di rumah sakit, supaya ada yang bisa disuruh2/nyetir kalau ada apa2. Akhirnya jam setengah 11 saya ijin pulang dari kantor langsung ke rumah sakit. Sampai di rumah sakit saya melihat perawat sudah bolak-balik kamarnya, lala sedang nangis dipeluk teman bulek yang juga datang menjenguk, saya masuk kamar dan tidak ada perasaan macam-macam, biasa saja, padahal bulek heni sedang dipasang alat kejut. Dokter sedang dipanggil, disana ada paklek yang sedang jaga saya sapa sebentar kemudian dokter datang periksa bulek heni, dia bertanya dimana suaminya “ibunya sudah tidak ada”. Saat itu juga Lala dan tante evi teman kantor bulek teriak “IBUUUUUUUU”, antara percaya dan tidak percaya mendengar kalimat dokter itu. Ada kemungkinan dokter itu salah karena dia masih muda dalam pikiran saya. Dalam kondisi lemas dan menangis saya memberitahu kakak, bulek yang di luar daerah dan teman. Hari itu air mata tidak bisa saya tahan, terus mengalir. 

 

Sepanjang jalan di motor saya menangis menuju rumah bulek Heni. Tetap saja dalam pikiran masih tidak percaya. Sampai di rumah bulek, sudah banyak orang yang datang, jenazah juga sudah tiba dari rumah sakit. Berita yang mengagetkan banyak orang, banyak yang menelpon menanyakan kebenaran berita meninggalnya Bulek Heni. Saudara-saudaranya yang dari luar daerah semua datang, padahal waktu mbah meninggal nggak semua pulang. Baru kali ini semua pulang dari 14 bersaudara (2 orang tidak pulang), 12 orang kumpul bersama walaupun salah satunya sudah terbujur kaku. Baru kali ini saya merasakan kehilangan keluarga yang sangat dekat dengan kami. Bulek Heni “our second opinion”, kalau mau ngapa-ngapain pasti nanya bulek, kadang malah lebih banyak cerita ke bulek daripada mamak.

 

Yang datang melayat Alhamdulillah banyak, kami sekeluarga bahkan sampai kaget melihat banyaknya orang yang datang membacakan doa. Begitu pula yang mengantar saat pemakaman, Subhanallah kata orang kebaikan seseorang di dunia bisa dilihat dari banyaknya orag yang mengantar saat pemakaman, semoga bulek diterima disisi Allah SWT, amin ya robbal alamiiin…. bulek yang tenang disana ya lek, Insyaallah Lala, Kiki, Om Erul banyak yang jagain.