16 April 2012
bulek heni (lebaran 2011)
Saya ga akan lupa dengan kejadian hari, kejadian
yang mengagetkan saya, keluarga dan banyak orang. Innalillahi wainna ilaihi
roji'un,, bulek Heni, bulek yang sangat dekat dengan kami, adik mamak yang
kedelapan (mamak anak ketiga, bulek anak kesebelas) meninggal dunia pukul 10.45
wita. Bagaimana tidak kaget, pagi kami baru tahu beliau masuk ke rumah sakit
dan ternyata begitu cepatnya meninggalkan kami.
Bulek heni orangnya keras, dia berani dan tidak
takut dengan apa yang mengancamnya, salah satunya ketika dia menjadi Camat di
daerah yang terkenal suka konflik. Baru pertama kalinya di daerah tersebut
dipimpin Camat perempuan, pada saat ada konflik, beliau datang ke tempat
tersebut dan menantang balik bapak-bapak yang berseteru tersebut dengan mengayunkan
senjata tajam. Banyak yang mengetahui kejadian tersebut dan banyak yang
mengakui keberanian beliau. Tetapi dibalik sifat keras dan emosionalnya bulek
orang yang sayang keluarga, tidak perhitungan (kasarnya ga pelit), suka
mengajak jalan-jalan dan bikin acara.
Karena suka kerja, kadang kalau sedang kecapekan,
pegel-pegel, pusing hanya memanggil tukang pijit. Tidak sekali dua kali tetapi
sering. Akhir-akhir ini memang bulek kembali suka pingsan hingga masuk IGD
tetapi itu juga hasil pemeriksaan dari dokter karena kecapekan. Terakhir ketika
pergi ke bima, bulek yang biasanya beritahu
untuk liat anaknya waktu dia sedang tidak ada di rumah tidak memberitahu
apa-apa. Tiba-tiba hari jumat tanggal 13 malam sabtu mamak ditelpon untuk
jemput bulek di labuhan kayangan karna masuk IGD di dompu dan Sumbawa. Saat itu
masih dalam pikiran, aah bulek sering sakit kayak gini, jadi biasa aja ga ada
perasaan apa-apa. Hari sabtu mamak, bapak dan mbak uli pergi ke rumah bulek,
saya menyusul siangnya. Saat saya datang, saya dekatin dan hanya bertanya
“gimana bulek, udah mendingan?” bulek ga terlalu banyak omong. Dia minta
diambilkan es kelapa muda sama Lala, anaknya. Es kelapanya nggak dihabiskan,
bulek manggil saya yang lagi di depannya “ya’, ambilin ini”/udah selese ini
lek?/”iya”. Siapa yang sangka itu pembicaraan terakhir saya dengan bulek. Sore
saya pulang dari rumah bulek, masih dengan perasaan bulek ntar lagi juga
baik-baik aja.
Hari senin pagi saya masih beraktivitas seperti
biasa, setelah sholat subuh berangkat ke tempat prajabatan jadi pemandu senam.
Pulang belum ada berita apa-apa, sekitar jam setengah Sembilan berangkat ke
kantor. Belum sampai di kantor, sedang berada di perempatan Sweta (sekitar 1,5
km dari kantor) saya ditelpon bapak diberitahu bulek heni sedang diopname di
rumah sakit, kalau sempat jenguk kesana. Akhirnya saya janjian dengan Mbak
Yuyun (kakak paling besar) ke rumah sakit jam istirahat jam 12 siang. Sekitar
jam 10 saya ditelpon mamak, disuruh ijin supaya bisa jaga bulek di rumah sakit,
supaya ada yang bisa disuruh2/nyetir kalau ada apa2. Akhirnya jam setengah 11
saya ijin pulang dari kantor langsung ke rumah sakit. Sampai di rumah sakit
saya melihat perawat sudah bolak-balik kamarnya, lala sedang nangis dipeluk
teman bulek yang juga datang menjenguk, saya masuk kamar dan tidak ada perasaan
macam-macam, biasa saja, padahal bulek heni sedang dipasang alat kejut. Dokter
sedang dipanggil, disana ada paklek yang sedang jaga saya sapa sebentar
kemudian dokter datang periksa bulek heni, dia bertanya dimana suaminya “ibunya
sudah tidak ada”. Saat itu juga Lala dan tante evi teman kantor bulek teriak
“IBUUUUUUUU”, antara percaya dan tidak percaya mendengar kalimat dokter itu.
Ada kemungkinan dokter itu salah karena dia masih muda dalam pikiran saya. Dalam
kondisi lemas dan menangis saya memberitahu kakak, bulek yang di luar daerah
dan teman. Hari itu air mata tidak bisa saya tahan, terus mengalir.
Sepanjang
jalan di motor saya menangis menuju rumah bulek Heni. Tetap saja dalam pikiran
masih tidak percaya. Sampai di rumah bulek, sudah banyak orang yang datang,
jenazah juga sudah tiba dari rumah sakit. Berita yang mengagetkan banyak orang,
banyak yang menelpon menanyakan kebenaran berita meninggalnya Bulek Heni. Saudara-saudaranya
yang dari luar daerah semua datang, padahal waktu mbah meninggal nggak semua
pulang. Baru kali ini semua pulang dari 14 bersaudara (2 orang tidak pulang),
12 orang kumpul bersama walaupun salah satunya sudah terbujur kaku. Baru kali
ini saya merasakan kehilangan keluarga yang sangat dekat dengan kami. Bulek
Heni “our second opinion”, kalau mau ngapa-ngapain pasti nanya bulek, kadang
malah lebih banyak cerita ke bulek daripada mamak.
Yang datang melayat Alhamdulillah banyak, kami
sekeluarga bahkan sampai kaget melihat banyaknya orang yang datang membacakan
doa. Begitu pula yang mengantar saat pemakaman, Subhanallah kata orang kebaikan
seseorang di dunia bisa dilihat dari banyaknya orag yang mengantar saat pemakaman,
semoga bulek diterima disisi Allah SWT, amin ya robbal alamiiin…. bulek yang
tenang disana ya lek, Insyaallah Lala, Kiki, Om Erul banyak yang jagain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar